Mengenal Apa Itu DevOps: Pengertian, Fungsi, Dan Tujuan

Halo semuanya pada artikel kali ini alafgani.web.id akan memberikan informasi seputar mengenal DevOps singkat. langsung saja kita pahami terkait ini yuk!

Apa itu DevOps

DevOps merupakan istilah yang relatif baru, muncul sekitar tahun 2010-an. Namun, menguasai pola pikir ini sangat penting agar kolaborasi tim TI di perusahaan dapat berjalan dengan lebih efisien. Mari simak artikel ini hingga akhir untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang DevOps.

source image(freepik.com)

Pengertian DevOps

DevOps adalah akronim yang berasal dari dua kata, yaitu Development dan Operations. Secara singkat, DevOps adalah suatu konsep yang mengintegrasikan prinsip-prinsip pengembangan perangkat lunak dengan kegiatan operasional sistem.

Fungsi dan Tujuan DevOps

  • Mempercepat proses pengembangan perangkat lunak dengan memanfaatkan alat otomatisasi.
  • Meningkatkan kualitas perangkat lunak atau aplikasi yang sedang dikembangkan melalui proses yang berkelanjutan.
  • Meningkatkan kolaborasi antara tim pengembang perangkat lunak dan tim operasional sistem, sehingga mereka dapat lebih mudah mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah yang muncul dalam aplikasi.
  • Membangun budaya kerja yang mengutamakan keterbukaan antara tim pengembang dan tim operasional, mendorong keduanya untuk bekerja lebih efektif dan menerima masukan dari anggota tim lainnya.
  • Meningkatkan efisiensi operasional dengan menggunakan alat otomatisasi yang memungkinkan pengelolaan dan pengoperasian sistem secara lebih efektif.

Apa Saja Jobdesk Devops Engineer?

  • Merumuskan Konsep

DevOps engineer terlibat dalam proses perencanaan awal dengan mengidentifikasi ide, fitur, dan kemampuan yang akan diterapkan dalam aplikasi atau sistem yang sedang dikembangkan. Mereka juga berkontribusi dalam merinci persyaratan dan tujuan bisnis yang perlu dicapai melalui solusi teknologi.

  • Otomatisasi Pengembangan

DevOps engineer menggunakan alat otomatisasi untuk mengotomatisasi berbagai tahap dalam siklus pengembangan aplikasi, termasuk pengujian, pengiriman, dan konfigurasi infrastruktur. Hal ini membantu mempercepat proses pengembangan, mengurangi risiko kesalahan manusia, dan meningkatkan konsistensi.

  • Prototyping

Dalam berkomunikasi secara erat dengan pelanggan atau pengguna akhir, DevOps engineer membuat prototipe awal dari aplikasi atau sistem yang direncanakan. Prototipe ini membantu mengklarifikasi pemahaman dan harapan pelanggan serta mengidentifikasi potensi perbaikan sejak tahap awal.

  • Dokumentasi Progres

DevOps engineer bertanggung jawab untuk mencatat dan mendokumentasikan kemajuan sepanjang siklus pengembangan aplikasi. Tugas ini mencakup langkah-langkah yang diambil, perubahan yang diterapkan, serta hasil pengujian dan evaluasi.

  • Monitoring dan Manajemen Bug

DevOps engineer bertanggung jawab untuk mengidentifikasi, melacak, dan mengelola bug atau masalah dalam sistem yang mungkin timbul selama pengembangan atau setelah peluncuran. Mereka juga memantau kinerja aplikasi dan infrastruktur guna memastikan stabilitas dan ketersediaan.

Kegiatan DevOps

  • Continuous Integration

Pada tahap ini, tim IT atau tim pengembang melakukan build dan pengujian otomatis terhadap aplikasi atau perangkat lunak yang sedang dikembangkan. Continuous Integration membutuhkan alat Source Code Repository (SCR) untuk mendeteksi kode yang bermasalah dan kode yang telah diperbaiki.

Alat ini memungkinkan tim pengembang untuk memeriksa dan mengubah kode tanpa perlu menulis ulang kode tersebut. Proses ini dilakukan secara berkelanjutan hingga semua kesalahan kode dalam aplikasi teratasi.

  • Continuous Delivery

Setelah melakukan Continuous Integration, tim pengembang perangkat lunak melanjutkan dengan Continuous Delivery untuk memperbarui kode. Continuous Delivery bertujuan untuk memastikan aplikasi yang sedang berjalan dan dikembangkan tetap optimal dan kompatibel dengan perangkat yang digunakan.

Baca Juga: Mengetahui Menggunakan Media Sosial Dan Dampaknya

  • Continuous Deployment

Continuous Deployment dilakukan setelah dua proses sebelumnya berjalan dengan baik. Pada tahap ini, tim pengembang perangkat lunak akan memantau beberapa perubahan yang terjadi di lingkungan pengujian, pengembangan, atau produksi.

source image(freepik.com)

  • Configuration Management

Pada tahap ini, tim operasional sistem mulai berperan dalam pengembangan aplikasi. Proses manajemen konfigurasi merupakan bagian dari rekayasa sistem yang bertujuan untuk mengotomatisasi dan menstandarisasi konfigurasi aplikasi yang sedang dikembangkan.

  • Logging

Terakhir, ada tahap logging yang bertujuan untuk memastikan aplikasi yang dibuat berjalan dengan optimal. Tahap ini perlu dilakukan oleh baik tim pengembang perangkat lunak maupun tim operasional sistem. Dengan demikian, mereka dapat mengidentifikasi dan memperbaiki kesalahan secepat mungkin agar kinerja aplikasi tetap optimal.

kelebihan dan kekurangan DevOps?

Kelebihan DevOps:

  1. Pengiriman Cepat: DevOps memungkinkan pengiriman perangkat lunak yang lebih cepat dan lebih sering melalui otomatisasi serta integrasi yang efektif antara tim pengembang dan operasional.
  2. Kualitas yang Lebih Baik: Proses otomatisasi dan pengujian berkelanjutan membantu memastikan kualitas perangkat lunak dengan mendeteksi masalah lebih awal dalam siklus pengembangan.
  3. Kolaborasi yang Meningkat: Kerja sama antara tim pengembangan dan operasional meningkat, mengurangi kesenjangan di antara keduanya dan memungkinkan pemahaman yang lebih baik tentang persyaratan dan kebutuhan bisnis.
  4. Skalabilitas dan Stabilitas: DevOps mendukung skalabilitas dan stabilitas yang lebih baik di lingkungan produksi melalui manajemen infrastruktur yang terkelola dengan baik.
  5. Respon Cepat terhadap Perubahan: DevOps memberikan fleksibilitas untuk merespons perubahan pasar atau kebutuhan pelanggan dengan cepat melalui pengiriman berulang dan otomatisasi.

Kekurangan DevOps:

  1. Kompleksitas Awal: Mengadopsi praktik DevOps sering kali melibatkan perubahan dalam budaya, alat, dan proses yang rumit, sehingga memerlukan investasi waktu dan sumber daya yang cukup besar.
  2. Risiko Kesalahan Konfigurasi: Otomatisasi yang dilakukan tanpa perhatian yang cukup dapat menyebabkan kesalahan konfigurasi yang dapat berdampak serius pada infrastruktur atau aplikasi.
  3. Pemeliharaan Alat: Memelihara alat otomatisasi dan integrasi juga memerlukan upaya yang signifikan, terutama dalam hal pembaruan dan penyesuaian terhadap perubahan dalam lingkungan.
  4. Ketergantungan pada Kode: DevOps cenderung bergantung pada kode dan otomatisasi, yang mengharuskan tim memiliki pemahaman yang mendalam tentang pengembangan dan konfigurasi berbasis kode.

Leave a Comment